Minggu, 28 Februari 2010

Berpikir di Luar Kotak


Selain brand (pencitraan) yang dilakukan suatu negara,dalam produk komoditas komersial hasil sebuah kreasi dan inovasi,ada juga yang layak dianggap sebagai legenda dan terbaik di kelasnya.

Pemilihan legenda merek (brand) ternama, menurut FutureBrand–sebuah lembaga pemeringkat merek–karena suatu produk dianggap mampu membuat terobosan yang tidak biasa dan berpikir di luar kotak (out of box) dari kebiasaan umum. Beberapa yang terseleksi memiliki pengaruh pencitraan yang signifikan. Dari yang terpilih itu dinilai telah mampu mendapatkan hasil terbaik dari pencitraannya itu sendiri. Beberapa legenda brand versi FutureBrand di antaranya UPS yang memiliki citra mampu menyinkronkan dunia komersial.

Dikenal sebagai perusahaan jasa pengiriman paket kelas dunia, UPS secara signifikan telah mampu berekspansi untuk memberikan jasa layanan yang beragam terhadap konsumennya. Inovasi-inovasi produk itu mulai dari sisi manajemen rantai bisnis,finansial,hingga jasa ritel. “Kerja kami dengan UPS termasuk bagaimana mengidentifikasi peluang brand dan kategorinya, mengembangkan strategi branding, serta mewujudkannya dalam sistem identitas yang akurat yang merefleksikan pencapaian global dan kemampuan ekspansi,” seperti dilansir situs resmi Future- Brand.

Selanjutnya, The Palm memiliki citra keajaiban dunia kedelapan. The Palm adalah sebuah pulau buatan manusia yang berada di Dubai dengan bentuk menyerupai pohon palm. The Palm terpilih sebagai legenda karena mampu mewujudkan prestasi akan sesuatu yang tidak biasa dalam bidang konstruksi dan rancang bangun. Untuk membuat pulau buatan ini, Uni Emirat Arab (UAE) mengeluarkan dana sebesar USD3 miliar. Untuk membuat The Palm dikenal orang dilakukan program pencitraan dengan menggunakan perangkat multimedia.

The Palm mampu menjadi legenda atas sesuatu yang dibangun di luar kebiasaan. Kemudian Microsoft yang memiliki citra sebagai sebuah brand yang didesain untuk efisiensi maksimum. Microsoft juga dinilai mampu melebarkan pasar dengan mendirikan beberapa sub-brand. Strategi ini terbukti mampu meningkatkan efisiensi, keuntungan, dan kesadaran akan citra Microsoft secara signifikan sehingga Microsoft layak dijadikan legenda. Beberapa legenda lain, berdasarkan catatan FutureBrand,di antaranya Nespresso, LAN, Lenovo, Brand Australia,dan ASP.

Untuk Brand Australia yang memiliki citra hidup dalam sinar yang berbeda, menurut Future- Brand, mampu memberikan semangat optimistis baik bagi warga Australia sendiri maupun bagi para pengunjung untuk datang ke Negeri Kanguru tersebut. Pada 2003 Pemerintah Australia menganggarkan dana sebesar 350 juta dolar Australia untuk mempromosikan brandini ke seluruh dunia.

Dengan tujuan untuk mendorong sektor pariwisata yang sempat anjlok akibat isu terorisme dan penyakit SARs. Kampanye dilakukan lintas negara guna membangun citra menjadi kuat dengan melibatkan partisipasi kalangan swasta untuk membantu penjualan produk dan jasa produksi Australia.

Brand Komersial Dunia

Sementara berdasarkan catatan Interbrand,ada beberapa brand yang tetap perkasa menempati peringkat sebagai brand terbaik 2009 meski di tengah resesi ekonomi global. Indeks pemeringkatan brand secara tahunan yang dilakukan Interbrand bekerja sama dengan BusinessWeek ini adalah pada brand produk komersial di seluruh dunia.

Peringkat 10 terbaik brand dunia pada 2009 di antaranya Coca- Cola yang masih tetap bertahan di urutan pertama. Coca-Cola masih tetap menjadi jawara selama sembilan tahun berturut-turut dalam pemeringkatan ini. Perusahaan produk minuman asal AS ini mampu mencatat nilai merek sebesar USD68,7 miliar atau meningkat 3% tahun ini. Sedangkan di posisi kedua ditempati IBM, sebuah brand perusahaan jasa komputer AS dengan nilai merek USD60,2 miliar atau naik 2% tahun ini.Tahun lalu IBM juga berada di posisi kedua.Untuk urutan ketiga ditempati Microsoft dengan nilai merek sebesar USD56,6 miliar atau turun 4% tahun ini.

Sama dengan IBM, Microsoft juga menempati posisi yang sama dengan tahun lalu. Posisi keempat dan selanjutnya dalam 10 besar sebagai brand terbaik di dunia versi Interbrand ditempati General Electric/GE (4) dengan nilai merek USD47,7 miliar, Nokia (5) nilai merek USD38,4 miliar, McDonald (6) nilai merek USD32,2 miliar, Google (7) nilai merek USD31,9 miliar,Toyota (8) dengan nilai merek USD31,3 miliar,Intel (9) dengan nilai merek USD30,6 miliar, dan Disney (10) dengan nilai merek USD28,4 miliar.

Berdasarkan pernyataan resmi Interbrand (17/9/09), Google dan Zara merupakan dua brand yang meraih lompatan peringkat terbaik untuk penilaian tahun ini.Sementara brand UBS justru melorot secara signifikan dari posisi ke-31 menjadi ke-72 pada 2009 dengan penurunan nilai merek sebesar 50%. Beberapa brand seperti Amazon, Pepsi, Audi, Panasonic, dan Campbells cukup berhasil meraih pemasarannya dengan baik selama masa penurunan ekonomi global tahun ini.

Untuk pertama kalinya, menurut Interbrand, nilai keseluruhan merek dalam 100 terbaik dinilai menurun sebesar 4% atau hanya USD55,4 triliun akibat dampak resesi global. Tujuh brand di antaranya anjlok. Di antara beberapa merek terbesar seperti Merrill Lynch yang memperoleh peringkat ke-34 tahun lalu,dan AIG yang pada 2008 berada di urutan ke-54.Kini keduanya sedang dalam masa penanganan Pemerintah AS akibat resesi. BrandING yang tahun lalu di posisi ke-86 juga jatuh dan keluar dari daftar 100 brand terbaik akibat krisis. “Tidak mengejutkan brand bank-bank besar dan produk automotif peringkatnya anjlok.

Sementara brand dari produk makanan justru memperoleh manfaat dan mampu meningkatkan posisinya,” tulis laporan ini. Menurut Interbrand, resesi telah mengakibatkan banyak perusahaan di dunia lebih mengencangkan ikat pinggang agar bisa tetap bertahan dari dampak krisis. Anggaran untuk promosi dan penguatan branding pun dihemat sedemikian rupa.Ini implementasi dari kebijakan efisiensi perusahaan di tengah krisis.

Posisi ke-10 terbawah dalam 100 brand terbaik dunia ditempati Campbells (100) dengan nilai merek USD3,08 miliar,Polo Ralph Lauren (99) nilai merek USD3,09 miliar, Burberry (98) nilai merek USD3,09 miliar, Puma (97) nilai merek USD3,15 miliar,Lexus (96) nilai merek USD3,15 miliar. Kemudian, Adobe (95) nilai merek USD3,16 miliar, Visa (94) nilai merek USD3,17 miliar,Burger King (93) nilai merek USD3,22 miliar, Shell (92) nilai merek USD3,22 miliar, dan Lancome (91) nilai merek USD3,23 miliar. Nilai merek yang dinilai dalam laporan Interbrand ini adalah terkait kondisi finansial dari pendapatan bisnis dari penciptaan angka permintaan terhadap produk dan jasa dari brand tersebut.

Penilaian juga dilakukan terhadap keuntungan finansial dari produk brand tersebut saat ini. Hal lain yang dinilai adalah perbandingan antara nilai merek dan total nilai bisnis. Saat krisis ternyata banyak industri yang berupaya bertahan dengan menurunkan standar brand yang mereka jual. Padahal kebijakan itu dinilai kurang tepat. Jika menyitir sebuah pepatah barat; you are is what you are in the dark (diri kamu yang sebenarnya adalah ketika kamu dalam situasi sulit). (abdul malik/islahuddin)


Sumber :
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/284303/
15 November 2009

Sumber Gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwAYbRE7sOy195gDhBNnDy81f4LcGGwY9lnRfcWgTHOlPA9Cg3JSw_gY-0hLOqzZ_nSFN_QqAAh_bom3JHHDlIxhJST82NLmBz1vZMs11LgWxa0xXZ7LiXXYslZwMOa4foZAUfZlXRsqvU/s1600/out+of+the+box.jpg

Gumilar Rusliwa Somantri : Berpikir di Luar Kotak


Akhir Juni lalu Prof Dr Gumilar Rusliwa Somantri (44) menerbitkan dua buku sekaligus, "Transformasi Pendidikan Tinggi di Era Knowledge Based Society: Studi Kasus Universitas Indonesia" (170 halaman) dan "Transformasi Perguruan Tinggi Berbasis Riset dan Berdaya-Usaha: Catatan Pengalaman FISIP UI 2002-2006" (96 halaman). Ia mengubah FISIP UI sejak jadi dekan tahun 2002 berkat kepemimpinan "berpikir di luar kotak" atau "thinking out of the box".

Buku Transformasi persembahan lengkap untuk mengawal perubahan Universitas Indonesia (UI) jadi universitas riset dan berkewirausahaan. Gumilar sering menyebut "turbulensi" sebagai kata kunci untuk menggambarkan proses transformasi itu.

"Dukungan dana dari pemerintah turun seiring dengan otonomi pendidikan. Biaya pendidikan meningkat dan globalisasi serta kompetisi juga terus naik. Pasar juga butuh pelayanan pendidikan tinggi yang lebih baik. Inilah tantangannya," kata Gumilar tentang bukunya.

Mau tak mau pengelolaan universitas harus lebih profesional dan itu sudah dibuktikan Gumilar lewat buku Catatan Pengalaman FISIP UI. Ia tak membusungkan dada karena bukti sudah terlalu banyak. "Kata orang, FISIP UI maju pesat. Harus diakui kami paling rapi dalam implementasi administrasi akademik dan non-akademik. Bahkan, kami pelopor di ASEAN yang mengenalkan sabatical leave dengan orientasi acedemic-contagion-effect yang sangat berorientasi keilmuan," ujarnya dengan menyebut contoh sosiolog Dr Robert Lawang dan pengajar ilmu politik Dr Makmur Keliat sebagai contoh.

Kedua buku saling baku kait, melengkapi, dan terprogram dengan berbagai solusi konkret. Pertama, Gumilar menawarkan kepemimpinan di fakultas yang memiliki keunikan karena keberagaman ilmu (sosial, politik, administrasi, komunikasi, kriminologi, dan lain-lain) ke tingkat universitas.

"Kini zamannya ilmu-ilmu sosial dan politik. Setiap fakultas telah mempunyai sistem serupa, tinggal dikonvergensikan dengan kepemimpinan yang mengandalkan keberagaman," katanya.

Kedua, keberagaman disiplin ilmu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) tentu akan membentuk inkorporasi yang lebih padu. "Ini masalah capacity building. Contohnya fitur-fitur telepon genggam yang tak ada artinya jika berdiri sendiri-sendiri. Namun, kalau disajikan bersamaan, telepon genggam menjadi benda yang meledakkan perubahan besar," katanya.

Ketiga, di kedua buku itu Gumilar banyak bercerita tentang good governance sebagai satu-satunya opsi dalam pengelolaan universitas sebagai lembaga pendidikan. "Tak bisa lain, good governance telah menjadi tuntutan wajar. Masalah tinggal bagaimana setiap fakultas dan juga universitas bersama-sama mengubah UI dari good menjadi great," tambahnya.

Gumilar ditunjuk jadi ketua Panitia Pengarah Hari Lahir Pancasila yang menghadirkan 600 intelektual dan tokoh dalam "Seminar Pancasila" tahun 2006. Acara itu dilanjutkan dengan pembacaan "Maklumat Keindonesiaan" dan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 1 Juni di Jakarta yang dihadiri sekitar 3.500 tokoh.

"Itu prakarsa bersama-sama yang dimulai karena kegalauan kami terhadap anggapan bahwa Pancasila itu salah. Padahal, ia merupakan nilai-nilai inti dari kehidupan kebangsaan kita," ujarnya.

Di kalangan alumni ia dijuluki "The Green Dean" (Dekan Peduli Alam) karena kehirauan dia pada pelestarian lingkungan. Ia kolektor berbagai jenis ikan, aneka unggas, dan beragam tanaman. Kampus ia sulap menjadi taman asri yang membuat betah dosen, karyawan, serta mahasiswa. Ia memang lahir sampai jadi siswa di daerah Bumi Priangan.

"Ayah orang India alias Indhiang, kota kecil di Tasikmalaya. Ibu asli Turki alias Turunan Kidul, di Tasik Selatan," kata Gumilar tertawa lepas.


Berpikir di luar kotak

Sebagai dekan ia percaya pada moto "berpikir di luar kotak" alias artinya "tidak mau biasa". Kampus yang jadi tempat sekitar 8.000 mahasiswa belajar kini bak hotel berbintang lima. Karyawan wajib berseragam, tetapi gaji mereka naik rata-rata 20 persen per tahun. Gaji dosen inti rata-rata Rp 9 juta per bulan (di luar gaji PNS) berkat kas fakultas yang terbesar kedua di UI—sekitar Rp 30 miliar per tahun.

Di kampus ada restoran masakan Korea, toko IT (information technology), toko suvenir, toko buku internasional, atau kantin yang menampung 20 pedagang kaki lima. Dari parkir motor saja FISIP UI mendapat penghasilan tambahan sekitar Rp 200 juta. FISIP terpilih sebagai kampus tebersih dan terindah UI, merebut Piala Rektor dalam lomba yang pertama kali diadakan tahun 2006.

Rasa mewah terasa di Miriam Budiardjo Resource Center atau Selo Soemardjan Research Center yang sudah empat tahun ber-"Wi-Fi". Ruang kerja staf pengajar layaknya kantor eksekutif perusahaan raksasa yang bertebaran di Jalan Sudirman, Jakarta. Perpustakaannya lengkap dan dikunjungi 700-1.000 orang per hari.

Gumilar memelopori terselenggaranya Research Days yang di UI pertama kali diadakan FISIP tahun 2004. Waktu penyelenggaraan tahun 2006 dipresentasikan 200 karya ilmiah. Kesempatan itu juga dimanfaatkan jadi ajang pertemuan perdana dekan FISIP se-Indonesia dan berbagai kegiatan ilmiah domestik serta internasional lainnya. UI pun tak mau kalah dan akan menyelenggarakan Gelar Ilmu tanggal 29 Juli mendatang.

"Semua dekan, termasuk almarhum Pak Selo Soemardjan, almarhumah Ibu Miriam Budiardjo, atau Pak Juwono Sudarsono, sampai Pak Martani Huseini adalah para pelopor dengan cara masing-masing. Insya Allah saya hanya meneruskan saja," ujar pria kelahiran 11 Maret 1963 ini. "Saya memakai pola ’berpikir di luar kotak’ untuk memotong lingkaran setan. Bagi FISIP yang terpenting memperbaiki infrastruktur dulu, baru fokus ke berbagai upaya mencapai academic excellence," ujar mantan ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah saat sekolah menengah atas (SMA) di Tasikmalaya itu.

Bagi sebagian orang ia mengganggu "harmoni". "Saya banyak belajar mengendalikan perasaan dengan memasukkan rasionalitas dalam menilai keadaan. Akselerasi membutuhkan toleransi agar perubahan yang cepat juga menimbang cermat kondisi riil. Cara berpikir di luar kotak tak mudah dimengerti orang, saya juga selalu memeriksa kelemahan-kelemahan saya," kata doktor lulusan Fakultas Sosiologi, Universitas Bielefeld, Jerman, itu.


Metafora pulang kampung

Gumilar adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara, sekaligus anak lelaki tertua. "Saya diwajibkan Ayah lari pagi dan memberi makan ikan di kolam dekat sawah. Lari pagi untuk kesehatan diri dan kasih makan ikan untuk tambahan uang sekolah. Setelah itu, baru sekolah," kenangnya.

Ayahnya guru lulusan sarjana muda dan menjadi kepala sekolah dasar. "Tak heran jika kami anak-anak wajib punya rapor bagus. Kalau rapor jelek, itu aib bagi keluarga. Ayah saya juga mengerjakan lahan tanaman sayur dan buah, sama dengan penduduk kampung lainnya. Ia menanam jeruk dan nanas. Ia pernah bergabung dengan Tentara Pelajar TNI AL, tetapi memutuskan menjadi pendidik.

Jejak sang ayah yang telah membangkitkan keinginan Gumilar ikut-ikutan menjadi guru walau pernah terobsesi jadi jenderal atau dokter. "Kenapa jenderal? Sebab Ayah suka cerita tentang tokoh-tokoh pergerakan nasional yang mimpin. Saya kagum kepada dokter karena mengobati orang sakit. Sederhana kan?" katanya sambil tertawa renyah.

Sang ayah satu-satunya orang desa yang berlangganan koran. "Kami langsung tahu informasi apa yang terjadi di luar desa. Selain koran, sumber lainnya radio yang selalu memancarkan warta berita RRI Jakarta," katanya lagi.

"Ada prinsip yang selalu saya ingat hingga kini. Kami tujuh bersaudara dididik mengatasi rasa malas dan malu. Malas membuat kami tidak mau berusaha, maunya dapat hasil besar tanpa berkeringat. Bagi saya itu tidak adil dan dalam agama tidaklah halal mendapatkan sesuatu tanpa berkeringat. Rasa malu juga membuat kita enggan bertanya, padahal banyak yang kita tak tahu dalam hidup ini," tuturnya.

Dengan bekal dua pesan penting inilah Gumilar tetap gembira meski ketika sekolah di sekolah menengah pertama (SMP) harus menempuh jarak lima kilometer (km) dari desa. Begitu juga ketika harus melanjutkan sekolah di SMA Negeri Ciawi, Tasikmalaya. Jaraknya sekitar 40 km dari desa. "Makanya, saya indekos di rumah kerabat di kota kawedanan tersebut. Seminggu sekali saya pulang dengan bus antarkota. Turun dari bus, belum langsung tiba di rumah, jalan kaki lagi dua jam. Karena jadwal sekolah sore hari, acara ’pulang kampung’ itu saya lakukan menjelang magrib. Tak heran baru tiba di rumah sekitar jam sembilan malam," kenang dia.

Perjalanan ini sering kali terasa melelahkan, meskipun ia tidak sendirian karena ada teman-teman sekampung. Namun, tak jarang kaki terantuk batu di jalan terjal dan gelap. Itu sebabnya ia senang sekali kalau sedang bulan purnama, jalan agak terang.

Metafora "pulang kampung" bersama teman di bawah temaram Bulan menghindari jalan terjal dan gelap inilah yang membentuk kepribadian Gumilar memimpin FISIP UI. Ia selalu ingin bersama-sama mengerjakan apa pun, enggan meninggalkan dosen, karyawan, maupun mahasiswa yang dia asuh nun di belakang sana. ►e-ti, Kompas, budiarto shambazy & imam prihadiyoko

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Sumber :
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/g/gumilar-somantri/berita/01.shtml

Sumber Gambar:
http://www.detiknews.com/images/content/2007/07/20/10/Pidato%20Pengukuhan%20Guru%20Besar5.jpg

Guru Harus Berpikir Diluar Kotak


”…bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama;… yaitu hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya .”

Itulah yang dikemukakan dan juga dilakukan seorang guru, Ni Ayu Muslimah di pelosok Kampung Manggar, Belitong. Pengorbanan sang guru itu pun bisa menjadikan seorang muridnya, Andrea Hirata berani meraih mimpi dan cita-citanya. Andrea mengungkapkan, betapa mulia gurunya itu karena banyak memberikan contoh dan keteladanan. ”Walaupun tanpa digaji, Bu Muslimah selalu bersemangat dalam mengajar, dan mampu menyentuh hati anak-anak. Itu sangat bermakna bagi kami kala itu,” kata Andrea.

Karena pengorbanan sang guru itu pula, dia mengaku, sejak kelas 3, SD sudah berkeinginan untuk membuat sebuah buku yang akan dipersembahkan kepada Bu Muslimah. Dan keinginan tersebut terwujud dua tahun lalu atas desakan teman-temannya, karena Bu Muslimah saat itu menderita sakit.

Lalu sejumlah 50 guru pun tampak hanyut dan terkesima dengan cerita dan fakta-fakta yang diungkap Andrea ketika menempuh pendidikan Sekolah Dasar di bawah asuhan Ibu Muslimah yang dikaguminya itu, persis seperti yang ditulisnya dalam buku Laskar Pelangi. Andrea Hirata menjadi salah seorang pembicara dalam pelatihan guru Tahap II Angkatan ke-6 yang merupakan program corporate social responsibility (CSR) Republika – Telkom di Yogyakarta. CSR dengan tajuk Bagimu Guru Kupersembahkan ini diperuntukan bagi guru SD, SMP hingga SMA di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Solo.

Pelatihan selalu dilaksanakan selama dua hari tanpa dipunggut biaya. PT Telkom Indonesia terus berkomitmen untuk melanjutkan program ini bersama Republika pada tahap selanjutnya, setelah tahap kedua berakhir, dengan melakukan pelatihan paa penyebaran kota lebih luas.

Pada setiap pelatihan selalu ditampilkan pengajar dari berbagai profesi, mulai artis, tokoh publik hingga politikus dan pelaku bisnis. Dan Andrea pun berkesempatan mengajar karena ingin turut menyukseskan program Telkom-Republika ini. Popularitas Andrea dengan buku terbarunya itupun melengkapi bobot pelatihan guru tersebut. Sebab buku Laskar Pelangi itu merupakan kisah nyata yang dia alami bersama teman-temannya.

Andrea mengatakan, guru supaya kreatif kuncinya adalah berpikir di luar kotak. ”Kotak yang sering dijejalkan pada guru itu adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan ekonomi sehingga hal itu bisa memerangkap seorang guru,” terangnya. Sedangkan Bu Muslimah itu, kata dia, orang yang berpikir di luar kotak. ”Dia tak pernah digaji, hanya lulusan SKP (Sekolah Kepandaian Putri) tetapi semangatnya luar biasa untuk terus belajar dan melakukan kreativitas.

Ketika saya kecil beliau hadir di depan dengan berjilbab, tetapi kadang dengan pakaian yang aneh seperti Hangtuah. Itulah kreativitas yang sering dilakukan oleh Bu Muslimah,” ungkap Andrea yang tesisnya di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University United Kingdom tempat dia menyelesaikan S2nya.

Dalam pelatihan kali ini guru maupun pengajarnya tampak penuh antusias. Sebanyak 50 guru yang kebanyakan berasal dari sekolah favorit di Yogyakarta dan sekitarnya banyak yang mengajukan pertanyaan maupun pendapatnya dari sesi ke sesi. Pada pelatihan kali ini dibuka oleh Dewan Komisaris PT Telkom Anggito Abimayu. Ia mengatakan sangat hormat dan komit pada guru. Karena itu predikat guru itu harus tak pernah berakhir. Bahkan ia akan kembali ke Yogyakarta menjadi guru (red. dosen) apabila jabatannya di Jakarta sudah berakhir.

Menurut dia, menjadi guru itu akan dimuliakan dan didoakan orang banyak. ”Dalam hidup harus selalu bersyukur, apapun yang kita lakukan dan selalu melihat ke bawah, jangan ke atas,” kata Anggito. Sebagai pembicara pada hari pertama antara lain, Budayawan Emha Ainun Nadjib, Walikota Yogyakarta Herry Zudianto, dan Pakar Kepribadian John Robert Power Leila Mona Ganiem .

Sementara itu pembicara pada hari kedua adalah Corporate Relations and Human Resources Director PT Unilever Indonesia Tbk, Josef Bataona, Presenter M. Farhan, Penulis Buku Laskar Pelangi, Andrea Hirata dan Operator Senior Manager Billing Operation PT Telkom, Taufik Hidayat.

Paling Mulia

Cak Nun (panggilan akrab Emha Ainun Nadjib) mengatakan, bahwa guru itu orang yang disebut-sebut oleh Tuhan. Guru itu berada di tempat yang paling mulia, karena melakukan transformasi pembelajaran, menyediakan faslitas pembelajaran, kesabarannya, telaten dan memberikan perhatian penuh pada murid.

Sebagai guru seharusnya selalu pikirkan pendidikan untuk murid. ”Menurut saya menjadi guru di bidang apapun harus mencintai dan memberikan perhatian penuh pada murid dan mencintai pekerjaannya dan ikhlas, karena rezeki itu akan datang dengan sendirinya,” kata suami Novia Kolopaking ini. Ini bagai mengukuhkan keyakinan salah seorang peserta pelatihan, Syarifuddin, guru SD IT Lukmanul Hakim. Dia awalnya bekerja di pabrik makanan ternak dan lulusan Diploma tiga Peternakan di Karanganyar Solo. Gajinya lumayan banyak, tetapi setiap bulannya habis begitu saja.

Sambil bekerja ia kuliah dan melanjutkan S1. Kemudian ia berpikir ingin bekerja di tempat yang bermanfaat bagi orang banyak. Kebetulan ada lowongan di SD IT Lukmanul Hakim Yogyakarta. Masuklah ia menjadi guru di situ yang awalnya hanya delapan murid, tetapi gurunya ada 11, tetapi latar belakangnya perguruan tinggi non pendidikan.

Ia akui walaupun gajinya lebih sedikit daripada saat bekerja di pabrik, tetapi ia justru bisa kredit motor, menikah dan lain-lain. Barangkali dengan menjadi guru itu mendapat barokah. Karena itu ia tak berniat untuk tetap menjadi guru walaupun ada tawaran gaji lebih menarik. Sementara itu, Walikota Yogyakarta Herry Zudianto mengatakan, bila bicara pendidikan ada empat aspek penting, yaitu manajemen pendidikan, lingkungan sekolah, proses belajar dan mutu dari lulusan.

Tetapi proses belajar dan out put dari pendidikan (mutu dari lulusan) tertenggelamkan. Menurut dia, untuk menjawab model pendidikan dan apa saja yang harus dikuasai oleh anak didik di abad 21 terdapat dalam hasil riset dari Asosiasi Admnistrasi Sekolah Amerika yang berjudul Preparing Student for the 21 Century diantaranya menyatakan: siswa harus memiliki rasa kejujuran, integritas, responsibility, kemampuan berkomunikasi, penguasaan dan pemanfaatan Teknologi secara efektif, akuntabilitas, kerja keras, perilaku yang konstruktif dan kemampuan bahasa yang memadai.

Di sesi tentang kepribadian menarik, para peserta tampak bersemangat dan respek dengan apa yang disampaikan Leila Mona Ganiem. Para guru diminta untuk mempraktekkan bagaimana berjalan, berdiri, duduk dan bersikap yang baik dan benar. Sehingga membuat anak juga bersemangat dalam belajar.

Guru, kata Mona, seharusnya berusaha tampil sebaik-baiknya dan siap untuk diberi masukan serta selalu mengembangkan diri. Dan ia menambahkan, mengajar adalah tentang menyentuh kehidupan individu dan membiarkan murid menyentuh kehidupan kita. Pada saat Josef Bataona mengisi materi tentang komunikasi efektif dan lebih banyak diisi dengan berbagai permainan, para guru terlihat aktif mengikutinya. Josef mengatakan dalam berkomunikasi efektif banyak hal yang mempengaruhi seperti kata-kata yang dipilih, cara menyampaikannya dan lain-lain.


Sumber :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=316744&kat_id=438, dalam :
http://fnoor.wordpress.com/2008/02/18/guru-harus-berpikir-diluar-kotak/
18 Februari 2008

Sumber Gambar:
http://www.uis.edu/mtl/students/index.html

Berpikir Kreatif – Berpikir Di Luar Kotak

Berpikir di luar kotak adalah satu sikap yang akan menumbuhkan kreativitas dalam diri kita. Sering kali, saat kita mentok mendapatkan ide kreatif karena kita belum berpikir di luar kotak. Banyak yang mengatakan, untuk mendapatkan ide cemerlang atau gagasan terobosan, kita harus berpikir di luar kotak. Apa itu berpikir di luar kotak? Dan bagaimana hubungannya dengan berpikir kreatif?

Jika kita ingin memahami apa itu yang disebut dengan “berpikir di luar kotak“, langkah pertama ialah kita harus mengerti, apa yang dimaksud dengan “kotak”. Kotak adalah suatu batasan tiga dimensi. Kiri, kanan, atas, bawah, depan, dan belang dibatasi oleh suatu batas yang tidak bisa kita tembus. Berpikir di dalam kotak berarti kita kita berpikir dalam batasan-batasan tertentu. Kabar baiknya, batasan tersebut adalah Anda yang membuatnya (meski pun tidak secara sadar). Karena Anda yang membuat batasan tersebut, maka Anda pun bisa menghilangkan batasan tersebut. Sekali Anda mampu menghilangkan batasan tersebut, maka Anda sudah disebut berpikir di luar kotak, atau Anda sudah berpikir kreatif.

Batasan tersebut ialah asumsi yang Anda buat sendiri. Anda harus menghilangkan asumsi-asumsi terlebih dahulu jika Anda ingin lebih lepas dalam bepikir kreatif. Batasan tersebut juga bisa disebut dengan penilaian. Seringkali kita membatasi pikiran kita dengan ide atau gagasan yang baik atau buruk. Anda harus menghilangkan terlebih dahulu penilaian terhadap ide atau gagasan yang Anda buat. Jika Anda menyumbat aliran berpikir Anda dengan penilaian, maka bukan hanya gagasan jelek yang akan terhambat, tetapi juga gagasan baik akan ikut terhambat. Jadi salah satu teknik berpikir kreatif adalah menghilangkan penilaian terlebih dahulu.

Bukan berarti semua ide itu baik. Bisa saja ide tersebut tidak baik, terutama menurut penilaian agama. Namun penilaian ini bisa Anda lakukan setelah proses berpikir kreatif dan sebelum implementasi. Bukan saat Anda berpikir kreatif. Ini juga sebagai bantahan kepada yang mengatakan bahwa agama menghambat kreativitas, tidak sama sekali, agama mencegah kita dalam mengimplemenasikan ide yang dilarang oleh agama. Agama, sama sekali tidak membatasi Anda dalam berpikir kreatif.

Biarkan berpikir kreatif terjadi secara otomatis, tidak usah Anda atur dalam mengeluarkan ide. Jika pola pikir Anda sudah positif, secara otomatis anda akan mengeluarkan ide-ide positif juga. Jadi kita tidak perlu khawatir akan keluar ide-ide yang tidak baik. Bisa jadi, saat kita mengeluarkan ide yang kurang baik, kita hanya perlu memolesnya lagi agar menjadi ide yang baik. Namun proses pemolesan ini juga dilakukan setelah proses berpikir kreatif.

Jadi hilangkan batasan-batasan yang membelenggu Anda. Kalau pun ada batasan yang ingin Anda pegang, hanyalah batasan agama. Dengan demikian Anda akan mampu berpikir di luar kotak. Anda akan menjadi orang yang berpikir kreatif atau Anda akan menjadi orang kreatif. Memang perlu kreativitas dalam hidup ini? Silahkan baca pada artikel yang membahas pentingnya kreativitas disini.

Sebagai latihan, silahkan jawab pertanyaan berikut pada form komentar,

Benda apa yang bisa disimpan di ruang tamu, di kamar tidur, di ruang makan, di dapur, di runag kerja, di kamar mandi, di dalam lemari, di dalam kulkas, dan di kolong ranjang?

Silahkan jawab. Saya akan memberikan jawaban saya setelah ada 20 jawaban dari pembaca. Saya tunggu.
Nah... kalau Anda mau meningkatkan produktivitas kerja, jangan gunakan manajemen waktu biasa. Anda harus menggunakan revolusi waktu yang bisa menggandakan hasil kerja atau bisnis Anda.


Sumber :
Rahmat Mr. Power
http://www.motivasi-islami.com/artikel/berpikir-kreatif/berpikir-kreatif-berpikir-di-luar-kotak/
10 Agustus 2008

Out Of The Box

Pernah lihat gambar di sebelah ini? Sekitar dua puluh tahun yang lalu gambar ini pernah dipakai untuk tes manajemen atau marketing. Pertanyaan bagi peserta tes adalah bagaimana bila ke sembilan titik itu dihubungkan dengan empat buah garis, tetapi tidak satu titikpun boleh dilewati oleh dua garis berbeda. Hanya diperlukan empat garis dan ketika itu teman-teman saya hanya mampu membuat sekitar lima garis atau lebih. Bila tidak mereka memang berhasil menggambarkan empat garis tetapi tidak melewati sembilan titik tersebut. Atau andaipun seluruh titik terlewati dengan empat garis mereka, ada satu titik yang dilewati oleh dua garis yang berbeda.

Mengapa gambar itu bisa menjadi sebuah tes untuk manajemen atau marketing?

Salah seorang guru saya dahulu, Bapak Hiro Tugiman, pernah mengatakan bahwa "bila tidak ada aturan yang melarang, maka kegiatan tersebut boleh dilakukan".

Saya menganggap kegiatan yang beliau maksudkan adalah semua kegiatan yang muncul di sel-sel kelabu otak kita. Semua kreativitas yang muncul. Semua fikiran liar yang terlintas. Maka kemudian coba periksa dengan semua aturan yang telah dan masih diberlakukan di tempat kita menjalankan bisnis. Bila ada aturan yang melarang kegiatan tersebut maka memang tidak perlu dilakukan, seberapapun pendapatan dapat Anda raih, atau seberapa besarpun biaya yang bisa Anda hemat, tetap saja kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan.

Ketika itu ada yang terfikir untuk bertanya, "bagaimana bila setelah kegiatan itu dilakukan, ada aturan baru yang kemudian melarang?"

Jawaban beliau sederhana dan tetap saja "kegiatan tersebut tidak boleh dilakukan"

Sang penanya malah begitu penasaran bertanya lagi "berarti kita harus pertimbangkan kegiatan apa saja yang kemudian akan dilarang?"

Apakah Anda yakin bahwa keluar dari ruang ini Anda tidak akan tertabrak kendaraan ketika menyeberang jalan? Apakah karena ada kemungkinan itu lalu Anda tidak akan keluar ruangan ini meskipun kuliah sudah selesai? Begitu kira-kira jawaban sang guru.

Telak sekali jawaban tersebut. Apakah ada hal yang bisa kita perkirakan?
Dunia dipenuhi dengan beragam orang dengan beragam cara berfikir dan beragam sikap, sehingga akan terjadi banyak hal bulan depan. Akan terjadi banyak hal minggu depan, besok. Bahkan di sisi lain dunia akan ada perubahan yang besar dua detik dari sekarang. Percayalah.

Suatu saat di masa yang lalu Anda yang sering menggunakan e-mail melalui perangkat komputer Anda dan menggunakan SMS dari perangkat handphone Anda, sangat ingin mengirimkan dan menerima e-mail melalui handphone Anda. Tiba-tiba saja Anda mendengar ada perangkat seperti itu. Semua orang berfikir, semua orang bergerak, semua orang mencipta. Maka jangan terlalu terkejut bila tiba-tiba ada perangkat yang sesuai dengan keinginan Anda kemarin.

Teknologi CDMA sudah dikenal oleh sebagian orang Indonesia setahun sebelum Flexi, Esia, Fren dan StarOne muncul. Ketika itu Anda mungkin juga sudah tahu teknologi tersebut selain murah juga memberikan fungsi yang sama dengan teknologi GSM. Bahwa CDMA juga bisa roaming, nomor telepon Anda bisa digunakan untuk menerima panggilan di kota mana saja Anda sedang berada. Anda bisa berpindah-pindah kota tetapi setiap orang yang ingin menghubungi Anda, cukup menelpon ke satu nomor saja dan Anda menerima panggilan tersebut.

Apa yang terjadi kemudian? Tiba-tiba saja ada aturan bahwa bila tarif percakapan murah maka tidak bisa roaming. Fren bisa roaming tetapi dengan tarif percakapan yang sama tinggi dengan tarif GSM. Sementara Flexi, Esia dan StarOne memilih untuk tidak roaming. Mari kita lihat jawaban untuk pertanyaan tadi.

Persis seperti yang dinyatakan sebagai syarat untuk jawaban pertanyaan tadi. Ada empat garis lurus saja, tidak kurang tidak lebih. Setiap titik hanya dilewati oleh satu garis saja, tidak lebih. Mengapa banyak orang yang tidak berhasil menjawab pertanyaan tadi? Sembilan titik yang membentuk bujursangkar imajiner akan terlihat seperti kotak. Sebagian besar orang akan menganggap bahwa empat garis yang dimaksud tidak boleh berada di luar bujursangkar imajiner tersebut. Itulah pemikiran out of the box, itulah yang dimaksud guru saya bahwa semua yang tidak dilarang boleh dikerjakan. Bukankah dalam syarat jawaban tidak ada disebutkan bahwa empat garis tersebut tidak boleh berada di luar kotak? Mengapa? Karena memang tidak ada kotak, kotak hanya ada dalam fikiran Anda saja.

Ketika Anda ingin membuka sebuah usaha fashion sementara sudah begitu banyak orang yang membuka, pernahkah Anda terfikir bahwa mode adalah soal selera. Selera adalah soal individu. Maka sekarang coba Anda perhatikan lingkungan sekitar. Ada berapa banyak orang yang memiliki selera berpakaian seperti selera berpakaian Anda. Lalu kemudian lakukan survey lebih dalam tentang ada berapa banyak usaha fashion yang dapat memenuhi selera berpakaian seperti itu. Bila tidak banyak maka Anda sudah menemukan ceruk, niche Anda. Anda sudah tahu sekarang blue ocean Anda, maka arahkan kapal usaha fashion Anda ke arah itu.

Saya punya cerita untuk Anda. Suatu kali sebuah perusahaan sepatu menugaskan seorang penjual untuk melakukan survey dan penjualan ke sebuah negara yang masih cukup terbelakang. Sang penjual, kita katakan saja Penjual A, pulang ke kantor pusat perusahaan tersebut dengan laporan yang cukup panjang dengan banyak detil dan gambar, tetapi dengan satu kesimpulan: tidak ada seorangpun yang menggunakan alas kaki di negara tersebut, sehingga akan sangat sulit untuk menerangkan fungsi sepatu, dan menjadi lebih sulit lagi bila harus menjual sepatu.

Ternyata, sang pimpinan perusahaan berfikir seperti Anda, tidak puas begitu saja dan menugaskan penjual lain, kita katakan saja Penjual B, ke negara yang sama. Penjual B pulang dengan penuh senyum dan wajah yang sangat bergairah. Laporan panjang dan detail yang dia sampaikan tidak jauh berbeda dengan laporan yang dibuat Penjual A, tetapi dengan kata-kata yang sedikit berbeda. Sang pimpinan langsung melihat ke bagian kesimpulan dan dia mendapatkan kata-kata: "Tidak ada seorangpun yang menggunakan alas kaki di negara tersebut, sehingga akan sangat sulit untuk menerangkan fungsi sepatu, jadi akan jauh lebih mudah bila kita menerangkan betapa ganteng dan cantik mereka kalau memakai sepatu. Segera kirim sebanyak mungkin sepatu ke negara tersebut." Out of the box.

Sang pimpinan mengirimkan sepatu sebanyak mungkin dan menurunkan Penjual B sebagai kepala cabang dan menjual sepatu bukan untuk fungsi sepatu tetapi betapa penampilan para konsumen akan jauh lebih menarik bila memakai sepatu. Segera setelah mereka mulai sering menggunakan sepatu maka Penjual B mulai menerangkan semua fungsi sepatu bagi kesehatan kaki. Apa yang terjadi pada Penjual A, tetap berada diposisi semula tanpa ada perubahan.

Negara yang sama, kondisi yang sama, waktu yang tidak jauh berbeda, hanya pada bagian kesimpulan mereka berbeda. Kesimpulan yang menunjukkan cara mereka memandang masalah. Kesimpulan yang membuat tindakan yang berbeda. Tindakan yang berbeda yang berujung pada nasib yang berbeda.

Sekarang mari Anda ingat sejarah Ray Kroch setelah dia menjual dua alat pengocok susu ke kedai burger milik dua orang bujangan tua kakak beradik. Dia melihat cara para pegawai mereka melayani konsumen. Dia melihat cara para pegawai mereka menjaga kebersihan kedai. Dia melihat cara para pegawai mereka menjaga kualitas bahan dan produk yang dijual di kedai tersebut. Dia menawarkan sebuah kerjasama bisnis. Dia ditolak oleh kakak beradik bujangan tua tersebut.

Out of the box. Ray Kroch tidak mudah patah dan terus menawarkan kerjasama bisnis hingga kedua kakak beradik tersebut bersedia. Dia mulai membuat cara yang dia lihat menjadi sistem, menjadi panduan untuk semua kedai baru yang dibuka. Semakin lama kedai tersebut menjadi banyak di seluruh Amerika Serikat dan menjadi banyak di seluruh dunia, McDonald.

Sekali lagi out of the box membuat perbedaan sangat besar, bukan hanya bagi kakak beradik McDonald tetapi juga bagi lebih dari 30.000 orang yang mendapat penghasilan dari bekerja sebagai pegawai mereka.

Maka masihkah Anda tidak berani thinking out of the box?


Sumber :
Ardian Syam
http://www.andriewongso.com/artikel/viewarticleprint.php?idartikel=157
Ardian.syam@gmail.com - Medan - Mei 2006

Berpikir Out of the Box – Eksekusi Inside the Box

Tahun demi tahun, buku demi buku, selalu membahas bagaimana kita diharapkan untuk melakukan inovasi dengan cara Out of the Box. Berbagai award saya menangkan dalam maupun luar negri, lantas saya dicap ‘out of the box’. Padahal…

Setelah saya pikir-pikir lagi, dalam belasan tahun pengalaman di berbagai bidang yang menuntut kreativitas ini ternyata yang baik dan berhasil tidak boleh sekedar Out of the Box. Banyak juga pengalaman saya yang ‘out of the box’ dan heboh sehingga menimbulkan word of mouth yang kuat namun tidak relevan sehingga tidak sukses secara keseluruhan.

Contohnya pada saat Padi launching album mereka di atas atap Hard Rock Café Jakarta, buzz sangat tinggi, diliput berbagai media termasuk televisi dan masuk harian Kompas halaman 1. Namun penjualan album Padi saat itu tidak laku. Walau tidak ada hubungannya dengan Hard Rock Café yang mendapatkan keuntungan secara brand awareness sebagai tempat yang selalu kreatif mengemas program acara, namun sedih juga karena album Padi tidak lantas laku walau didukung launching yang dahsyat diatas.

Jadi belakangan ini saya lebih sering menerapkan konsep Berpikir Out of the Box namun eksekusi Inside the Box. Boleh boleh saja inovatif namun harus relevan dengan produk atau brand kita, jangan sampai kita terjebak dengan out of the box yang luar biasa namun akhirnya out beneran…

Sebenarnya seru juga eksekusi Inside the Box, seperti layaknya Harry Houdini yang selalu mampu mencari jalan keluar walaupun dirinya terkunci dan dimasukkan ke dalam box. Jadi kita jangan terjebak dengan batasan-batasan yang ada dalam pekerjaan atau kehidupan kita sehari-hari. Ini bukan magic, tapi membiasakan diri berpikir positif dan selalu kreatif mencari jalan keluar dari masalah yang ada.

I Like Monday menjadi contoh dimana berpikir Out of the Box namun eksekusinya Inside the Box. Program I Like Monday hanya akan menjadi sekedar inovasi bila artisnya bisa siapa saja, lokal maupun luar negri, punya album maupun tidak punya. Dan karena eksekusi inside the box sehingga pemilihan harinya pun sesuai kebutuhan Hard Rock Café yaitu Senin. Hari yang paling sepi dalam seminggu. Bila dilakukan hari Jumat mungkin akan ramai juga tapi tidak begitu menguntungkan untuk HRC dibanding dilakukan di hari Senin.

Atau program MTV Trax Destination Nowhere sangat inovatif karena saya rancang untuk majalah MTV Trax. Bayangkan bila program ini saya rancang untuk sebuah bank yang image-nya aman dan terpercaya? Apakah cocok?

Jadi berpikir out of the box boleh tapi harus relevan.


Sumber :
Yoris Sebastian
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=6279
1 Februari 2008